ANTERONESIA.ID (GORUT) – Sejumlah petani jagung di Gorontalo mengaku dirugikan akibat penolakan jagung mereka oleh gudang Perum Bulog.
Para petani yang telah mengantri berhari-hari merasa kecewa karena jagung yang mereka bawa justru dipulangkan tanpa alasan yang disampaikan sebelumnya.
“Yang kami tahu, pemerintah dan Bulog siap menampung jagung dengan ketentuan kadar air maksimal 14 persen. Tidak pernah disampaikan soal istilah kotor atau jamuran,” ujar salah satu petani yang enggan disebutkan namanya, Minggu (11/5).
Menurutnya, aturan baru mengenai kualitas jagung tersebut mulai diterapkan setelah pihak Bulog Sulut-Go melakukan inspeksi lapangan pada hari sebelumnya.
Namun, perubahan kebijakan itu tidak didahului dengan imbauan atau sosialisasi kepada para petani.
“Kami sudah rugi karena biaya sewa mobil truk. Jagung kami ditolak begitu saja tanpa solusi. Kalau jagung masih basah dan tidak sesuai kadar air, wajar jika dipulangkan, tapi harusnya ada solusi, misalnya dengan pemotongan harga,” tambahnya.
Para petani pun mendesak pemerintah, baik Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara maupun Pemerintah Provinsi Gorontalo, untuk segera mengevaluasi kinerja Bulog di wilayah tersebut.
Selain proses penerimaan yang bermasalah, petani juga mengeluhkan lambatnya pembayaran, yang bisa memakan waktu hingga 3–4 hari, serta tidak jelasnya pengembalian biaya angkutan.
“Kami butuh kejelasan dan solusi, bukan aturan mendadak yang merugikan,” tutupnya.







