ANTERONESIA.ID, GORONTALO – Mansur, petani jagung asal Gorontalo Utara, mengkritik kinerja Bulog dalam menyerap hasil panen jagung. Menurutnya, Bulog hanya menyerap sekitar 30 ton jagung per hari, padahal produksi petani jauh lebih besar. Akibatnya, petani terpaksa menjual jagung ke perusahaan swasta dengan harga Rp 4.000–Rp 4.200 per kilogram, jauh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
“Pengambilan jagung oleh Bulog sangat terbatas, sementara produksi petani melimpah. Kami terpaksa menjual ke swasta dengan harga rendah untuk menghindari kerugian lebih besar,” ujar Mansur.
Mansur mendesak pemerintah Provinsi Gorontalo dan Bulog untuk segera bertindak. Ia menekankan pentingnya Bulog meningkatkan kapasitas penyerapan dengan menyediakan gudang dan fasilitas pengering yang memadai. “Gorontalo Utara adalah penghasil jagung terbesar. Pemerintah harus mendorong Bulog agar penyerapan lebih optimal,” tegasnya.
Selain itu, Mansur meminta Pemerintah Daerah Gorontalo Utara turun tangan mengatur harga jagung di perusahaan swasta agar sesuai HPP. “Kesejahteraan petani adalah tanggung jawab pemerintah. Perusahaan swasta harus mengikuti HPP,” tambahnya.
Jika tidak segera ditangani, kerugian petani diperkirakan mencapai puluhan hingga ratusan miliar rupiah, bahkan lebih. Mansur memperingatkan, hal ini dapat menghambat upaya pemerintah menurunkan angka kemiskinan.
Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah konkret untuk melindungi petani dan memastikan penyerapan hasil panen sesuai HPP, demi kesejahteraan petani dan keberlanjutan sektor pertanian di Gorontalo Utara.







